LAHIR DI LINGKUNGAN NU
TIDAK ADA BID'AH DI DESA KAMI
Nah, ketika remaja itulah aku kenal dengan teman-teman lainnya, walaupun islam amaliyah ibadahnya beda, baru aku ngeh, "Oh mereka Muhammadiyah, lalu ada lagi LDII.
Untuk membedakan NU atau Muhammadiyah kelihatan dari apakah mereka pakai sayyidida atau tidak, saat sholat ketika tasyahud apakah jari telunjukknya digoyang-goyangkan atau lurus saja. DAn kami menerima hal tersebut sebagai perbedaan yang wajar, kita berbeda. Selesai.
Yang agak berbeda adalah warga desa Petiken yang di sebelah Timur Utara, sebagian menganut LDII. Yang aku ingat adalah kalau ada non jamaah yang masuk ke masjid mereka, masjid tersebut langsung dibersihkan dengan di-pel ulang. Aku penasaran kenapa? "katanya meskipun orang islam kalau bukan jamaahnya, dianggap kafir, najis karena tidak berbaiat kepada Amir.
Konon di tahun 2021 ini, entah beberapa tahun yang lalu, LDII sudah menggunakan paradigma baru, katanya sudah tidak mengkafirkan non LDII, tetapi fakta di internet dan youtube mengatakan berbeda, ada video-video eks Jamaah dan USatdz LDII yang membongkar semuanya.
PERBEDAAN ITU INDAH - APABILA .....
Aku menerima Muhammadiyah karena aku berteman dengan Suryawati - teman smp yang Ayahnya adalah warga muhammadiyah. Aku tidak mempermasalahkan organisasinya, yang aku tahu ia teman aku, cantik, pintar dan asyik diajak ngobrol, diskusi, bercanda. Aku tidak terlalu peduli dengan atribut-atribut keagamaan saat aku masih SMP.
Ada juga Pak Sholeh, orang Muhammadiyah di kampung Mesir, guru Agama, karena lingkungannya NU dan di sana, orang-orang Tahlil, maka beliau juga ikut tahlil dan membaca doa karena dituakan sebagai orang yang berilmu. Warga tidak peduli - yang penting orang tersebut terpelajar, bisa ngajin dan memimpin tahlil - Selesai, Indahnya perbedaan,
SORE NGAJI DI LANGGAR WAK DAGAR
Tulisan ini lebih kepada kisah masa kecilku, yang merasakan betapa berkahnya waktu Magrib dan isya. DI sana aku dan kawan-kawan ngaji baca Alquran - menghafalkan juz 30, dan Alhamdulillah meski hanya anak langgar kami mampu menghafal dengan lancar dan baik. Beserta ilmu tajwidnya.
Metodenya menggunakan Turutan, metode Iraq, begitu selesai turutan maka dijamin sudah mampu baca Alquran. Aku Ingat saat Cak Sabar mengajari kami Ngaji, benar-benar sangat Shobar, telaten, dan santri unggulannya adalah Cak Pur.
Jadi ingat waktu kecil, film kartun yang diputar di TV adalah film He-Man, kabar baiknya sekarang aku dapat menontonnya lagi di youtube. Tetapi kenikmatan nonton filmnya beda dengan saat aku masih kecil. Fim he-man menanamkan sifat kepahlawan dan melawan kejahatan, beda dengan film kartun sekarang seperti sponge-bob yang sering mengucapkan kata-kata kotor.